Aku Bodoh (Episode 4)

September 25, 2017
Cerita ini merupakan sambungan dari cerita Aku Bodoh episode sebelumnya.

Dan ketika malam hari tiba-tiba dering handphoneku berbunyi tanda seseorang mencoba untuk menelepon. Aku penasaran, siapa malam-malam begini menelponku? Nomor asing ternyata, tetapi nomor siapa ini? Jangan-jangan ini nomor penjahat yang ingin menerorku? Atau ini telepon dari komplotan penjahat yang ingin menyanderaku melalui telepon? Aku begitu takut, jangan-jangan ini beneran komplotan penjahat yang meminta uang tebusan atau uang apalah, pikiranku begitu takut saat itu. Aku memutuskan untuk mereject telepon itu. Tetapi, telepon dari nomor yang sama kembali masuk untuk kedua kalinya. Aku masih ragu untuk mengangkatnya, namun rasa penasaranku dengan telepon ini mengalahkan ketakutan dan juga keraguanku. Aku angkat panggilan ini, dan tiba-tiba seorang wanita berbicara, "Halo, ini Andi ya?", ujarnya memulai pembicaraan. Siapa ini? Aku begitu penasaran, tetapi suara itu tidak asing di telingaku. Apa ini temanku? Tanyaku dalam hati penuh keraguan. "Aku Putri di," ujarnya melanjutkan pembicaraan. "Hmmm.. kamu to Put," jawabku. Rasa penasaranku kini sudah terjawab. Kami berdua saling berbicara ditelpon dan ditemani rintik hujan malam itu, ditemani juga oleh dinginnya udara malam yang menusuk tubuh ini. Kami berdua berbicara hingga larut malam, saling bercerita hingga tanpa disadari diriku tergeletak di kasur. Oh nampaknya aku ketiduran saat itu.
Fajar telah menampakkan sinar merahnya, tanda aku harus bangun dan memulai aktivitas baruku di pagi ini. Meski rasa kantuk dan malas masih melanda pada diri ini, tetapi aku harus mengalahkan itu semua. Sambut hari baru dan juga semangat baru. Di tengah dinginnya udara di pagi hari, aku bergegas membersihkan badan ini untuk kembali bersiap bersekolah. Tepat pukul 6 pagi aku bergegas menuju sekolah, dan 15 menit kemudian aku tiba di depan gerbang sekolah dan tidak sengaja bertemu dengan Putri. "Ini kebetulan apa kita berdua emang jodoh ya? Hehe," candaku dalam hati. "Hei, masuk yuk," Putri mengajakku masuk ke dalam. Tanpa ragu, aku memutuskan untuk berjalan bersamanya menuju ruang kelas. Dan ketika kami berdua tiba di pintu kelas tiba-tiba... "Cie... Putri sama Andi ya sekarang," ucap Ajeng teman sebangku Putri. Aku begitu tersipu malu saat itu, wajahku sampai memerah mendengar ucapan Ajeng. "Cie... Andi sampai merah gitu mukanya," ujar teman-teman yang lain membuat wajahku semakin memerah saja. Namun tiba-tiba Si Boy yang juga teman sekelasku datang dan berbicara, "Hei Put, ngapain kamu sama si Andi? Dia kan bodoh. Lihat saja kan kemarin masa ngerjain soal matematika semudah itu tidak bisa sih? Kok kamu mau sih temenan sama dia?," ujarnya penuh kebencian padaku. Ingin rasanya kumenampar wajahnya saat itu juga, namun Reza teman sebangkuku menahanku agar emosiku tidak sampai meluap. "Kontrol emosimu, jangan mudah terprovokasi sama di," bisik Reza kepadaku. Jujur aku begitu geram mendengar ucapannya, aku begitu kesal padanya. Dan saar pelajaran berlangsung aku tak fokus mengikuti pelajaran, apalagi saat itu Pak Bagus yang kembali mengajar. "Pak Bagus lagi, Pak Bagus lagi. Matematika lagi, matematika lagi," gerutuku dalam hati. Aku begitu geram, marah, dan kesal saar itu. Beruntung aku memiliki Reza sebagai sahabat baikku. Dia selalu ada, mau jadi pendengar yang baik untukku. Hari itu dia juga bersedia mengantarku pulang sampai rumah dengan sepeda motornya. "Lumayan nih, jadi hemat ongkos. Hehehe," ujarku dalam hati

Hari demi hari telah terlewati, dan pada suatu saat... (bersambung ke episode 5

Subscribe My Blog

Comments

*Sampaikan komentar anda secara sopan
*Jangan menggunakan link aktif saat berkomentar
*Dilarang spam
*Komentar yang menyinggung SARA pasti tidak lolos moderasi