Aku Bodoh (The Last Episode)

September 28, 2017
Cerita ini merupakan episode terakhir cerita Aku Bodoh.

Pertandingan pertama pun dimulai, namun Reza tak kunjung datang. Kita semua khawatir, padahal dia kapten tim ini. Waktu pertandingan pun dimulai, seluruh tim diharapkan memasuki lapangan pertandingan. David sempat meminta panitia menunda pertandingan selama 5 menit, namun panitia menolak. Pertandingan pun tetap dilaksanakan. Dalam pertandingan itu Boy begitu egois, tak sekalipun dia memberi bola padaku ataupun pada teman lainnya. Keliatan banget dia ingin jadi bintang di pertandingan itu. Aku sempat adu mulut dengannya. "Lu jangan egois dong! Ini permainan tim bukan permainan individu!," ujarku kesal. "Jangan banyak bicara kau! Akulah sang bintang di sini! Hahaha," ujarnya penuh kesombongan. Karena keegoisannya permainan kita amburadul. Babak pertama pun kita kalah dengan skor 0-2. 
Di ruang ganti semua pemain begitu kecewa, sudah jelas kekalahan kita karena keegoisan Boy, tetapi Boy tak terima dia disalahkan namun tiba-tiba Reza datang mengagetkan kita semua. "Lu dari mana aja? Kita butuhin lu banget kapten, kita udah ketinggalan 0-2," ujar David. "Aku sengaja datang terlambat, aku ingin melihat Andi dan Boy bekerja sama dalam pertandingan ini. Namun hasilnya begitu mengecewakan," ujar Reza."Boy apa kamu gak sadar kekalahan tim kita itu karena kamu? Apa kamu gak sadar keegoisanmu mengantarkan kita ke gerbang kekalahan? Apa kamu gak mau tim kita menang dan akhirnya jadi juara? Tolong Boy, demi kelas ini demi tim ini kurangi keegoisanmu. Aku mohon sebagai kapten sekaligus sebagai teman baikmu," ujar Reza kepada Boy.  Boy terdiam, tapi tiba-tiba peluit berbunyi tanda pertandingan babak kedua dimulai.

Anehnya pada menit-menit terakhir babak kedua, Boy akhirnya mau memberi umpan padaku dan akhirnya "gooollll,"  teriakku penuh kegembiraan. Aku bisa mencetak gol di pertandingan itu. Tetapi sikap Boy yang mulai dewasa membuatku lebih senang. Dia tidak egois lagi. Pertandingan itu timku memang kalah 1-2, tetapi aku tak begitu kecewa. "Aku minta maaf sama kamu, aku udah ngerendahin kamu. Gara-gara aku tim kita jadi kalah begini," ujar Boy penuh penyesalan. Dia pun memelukku dengan erat. "Sudahlah, ini bukan sepenuhnya salahmu. Jadikan ini pelajaran buat tim kita agar lebih baik lagi di pertandingan selanjutnya," ujarku kepada Boy

Aku bangga sekaligus bahagia. Aku bangga aku berhasil mengubah ejekan dan hinaan padaku menjadi sebuah pujian dan tepuk tangan. Aku bahagia, tak peduli timku kalah, tapi aku senang karena tak ada lagi pertengkaran lagi di timku ini. 
Tak ada kemenangan yang lebih hebat daripada kemenangan atas hawa nafsu kita sendiri.

TAMAT

Subscribe My Blog

Comments

*Sampaikan komentar anda secara sopan
*Jangan menggunakan link aktif saat berkomentar
*Dilarang spam
*Komentar yang menyinggung SARA pasti tidak lolos moderasi