Bukti

October 01, 2017
Karya : Firdaus Deni Febriansyah

Sebuah langkah awal dari perjalanan panjang baru saja dimulai. Sadar, kini aku bukanlah pria kecil lagi yang selalu manja merengek-rengek  minta ini itu ke mama dan papa. Kini aku telah tumbuh menjadi pria dewasa, pria yang tangguh dan dapat diandalkan. Tak ingin aku menjadi beban hidup bagi kedua orang tuaku, sudah saatnya aku harus hidup mandiri.


Pagi itu disaat fajar mulai menampakkan sinar merahnya aku bersiap menuju bandara untuk memulai perjalanan yang panjang ini. Tak lupa sebelum berangkat aku berpamitan ke mama dan papa. "Ma, pa aku pamit ya. Doakan anakmu sukses di perantauan. Restu mama dan papa sangat aku harapkan demi kemudahanku menuju kesana," ujarku pada mama dan papa. "Iya nak, kami pasti merestui apa yang menjadi keinginanmu selama itu baik buatmu. Tapi kamu harus ingat nak, hidup di perantauan tidaklah mudah, apalagi kamu merantau ke ibukota. Kalau kamu ga bisa menaklukkan kerasnya ibukota, kamu pasti bakal tumbang. Kita ingun kamu tetap jadi sosok pria tangguh di tanah perantauanmu," ucap mama kepadaku. "Yang terpenting, jangan lupakan sholat 5 waktu. Sesibuk apapun kamu, sempatkanlah sholat meskipun hanya 5 menit saja," tambah papa menasihatiku. "Siap ma, pa aku akan selalu ingat nasihat mama dan papa," ucapku kepada mama dan papa.

Aku pun berangkat menuju bandara dengan menaiki taksi yang sedari kemarin telah dipesan oleh ayahku. "Ke bandara ya Pak?," ujarku pada Pak Sopir. "Siap mas. Memangnya mas mau kemana?," tanya Pak Sopir kepadaku. "Mau merantau Pak," ujarku pada Pak Sopir. "Mau merantau kemana mas kalau boleh tau?," Pak Sopir kembali bertanya kepadaku. "Ke Jakarta Pak," jawabku. "Waduh kok jauh banget mas merantaunya," ujar Pak Sopir. "Hehe. Iya Pak, ini sudah jadi keputusanku. Alhamdulillah orang tua juga merestui perjalananku ini," ujarku. "Alhamdulillah kalau orang tua merestui. Tapi mas juga harus tau, hidup di Jakarta tidaklah semudah yang kita pikirkan. Mungkin kita akan diberikan fasilitas mewah di sana, tetapi godaan disana juga begitu besar. Godaan yang mengantarkanmu menuju gerbang kehancuran," ujar Pak Sopir menasihatiku. Namun aku tak begitu memahami apa yang beliau maksud

Karena keasyikan mengobrol tanpa terasa tiba-tiba.... (bersambung ke episode 2)

Subscribe My Blog

Comments

*Sampaikan komentar anda secara sopan
*Jangan menggunakan link aktif saat berkomentar
*Dilarang spam
*Komentar yang menyinggung SARA pasti tidak lolos moderasi